Ada seorang gadis berumur 15 tahun bernama Rein beserta anjing hitamnya. Rein adalah gadis yang bertampang dingin dan pucat, hampir tak mempunyai perasaan (cool), ia berambut hitam dan selalu berpakaian hitam-hitam. Setiap hari ia berjalan mengembara di beberapa kota, ia tak punya tempat tinggal. Semua orang menjauhinya jika melihatnya. Wajar saja, ia sulit didekati karena anjingnya yang galak. Rein tidak punya siapa-siapa kecuali anjingnya, ia tidak tahu apa-apa tentang keluarga atau kerabatnya, alias tak punya ingatan. Tetapi, dibalik kehidupannya, Rein memiliki rahasia, rahasia tersembunyi...
Suatu hari, Rein dan anjingnya berjalan melewati sebuah kebun apel yang cukup luas dan dikelilingi pagar yang cukup tinggi. Rein melihat seorang anak laki-laki berambut hitam dan bermata emas sedang memegang sabit, sambil memotong apel. Anak itu berpaling ke arah dimana dua orang pasangan yang sepertinya adalah orangtua anak itu. Rein merasakan firasat yang tidak enak, ia terus memperhatikan dari balik pagar. Mata anak itu memancarkan kebencian yang mendalam terhadap orangtuanya tersebut. Anak itu melesat ke tempat orangtuanya dan.... Ia memenggal kepala keduanya! Kepala tersebut menggelinding ke tanah dengan darah yang dari tadi terus memancar. Anak tersebut tersenyum lalu mengambil kepala tersebut dan menaruhnya dalam keranjang. Rein sedikit kaget, untuk apa sebenarnya dia melakukan itu? Anjing Rein menggonggong karena ia tak suka melihat itu. Spontan, anak itu berbalik ke arah Rein, tetapi ia tetap tenang dan wajahnya dingin seperti biasa. Anak itu berjalan dengan perlahan kearah Rein, sepertinya ia sama sekali tak merasa gundah karena perbuatannya dilihat oleh Rein. "Kau melihatnya, ya?" tanyanya, "Benar.." jawab Rein tanpa ragu-ragu. Selama beberapa menit mereka saling menatap dan anak laki-laki itu menarik tangan Rein "Ikut aku.", anjing Rein menggonggong tanda tidak suka 'Ssst.. Diam..Kita ikuti saja', bisik Rein pada anjingnya.Rein mengikuti anak itu ke rumah disebelah kebun apel tersebut. Setelah itu ia mengatakan semuanya. Orangtuanya berniat untuk menyerang kota yang barusan ditinggalkan oleh Rein. Dan kota itu sebenarnya kota para 'Bliss', yaitu para anggota yang mengadakan semacam ritual untuk mendapatkan hasil panen dan uang yang banyak, aggota orangtua anak tersebut iri dan berniat ingin menyerangnya dan mempelajari ritual tersebut, tetapi, anak itu ternyata bergabung di anggota 'Bliss' tersebut dan sudah mendengar rencana licik orangtuanya. "Tapi kau tak perlu membunuh orangtuamu kan?!", kata Rein menyela, "Mereka bukan orangtuaku, mereka cuma menjadikanku budak dan aku juga tak pernah merasa bahwa mereka adalah orangtuaku", kata anak itu "3-1+1-2", katanya lagi. Rein mengerti apa makna dari hitungan tersebut. 3 adalah jumlah orang dirumahnya, -1 adalah saat ia membunuh pembantunya, +1 adalah saat 'ayah'nya datang ke rumah, dan -2 adalah saat ia membunuh kedua 'orangtuanya sekaligus. Tiba-tiba Rein mengingat sesuatu, makna hitungan itu. Makna hitungan itu mungkin pernah diberitahu seseorang padanya, tapi kenapa..padahal tak ada orang yang memberitahunya. Mendadak Rein pingsan. 'Inikah sebagian ingatanku?' pikir Rein.
Comments
Post a Comment